PROLOGUE
Writted by Rapta
 
Tengah malam pukul 01.00, waktu WKO

“Potong kepalanya!”

“Tusuk matanya lebih dahulu!”

“Gantung!”

Suasana riuh mewarnai ibu kota kerajaan Norland. Bercak merah dan aliran air yang memerah mewarnai jalanan kota. Banyak orang berkumpul mengelilingi suatu tempat, yaitu eksekusi.

Kerajaan Norland telah mengalami kekalahan telak karena pengepungan dari berbagai arah serta kurangnya informasi tentang musuh dan raja mereka yang bernama Noer telah diseret menuju tempat eksekusi balai kota menggunakan kuda. Bukan rasa sakit yang menjalar di seluruh badan, tetapi kekalahan telak kerajaanlah yang menjadi penyebab mati rasa tubuhnya.

“Ugh!”

            Sesekali meronta dalam tarikan kuda berkecepatan penuh, tenaga sudah menghilang dari avatar miliknya itu. Darah mengalir dari seluruh luka di tubuh, ditambah rasa perih karena kehilangan kedua kakiknya.

            Kuda itu berhenti tepat di depan tempat eksekusi, pengendara kuda sebelumnya seketika turun dan langsung membungkukkan badan kepada mereka yang berdiri di atas panggung.

“Hamba telah sampai, Tuan!”

            Tidak ada yang bersuara dalam keheningan malam itu, hingga beberapa saat suara anak muda yang sungguh menenangkan hati keluar menghilangkan suasana kematian tersebut.

“Bangunlah, Petugas Rise!”

            Tatapan mata lembut tapi berwibawa, sikap tegas tapi dipenuhi kelembutan. Rambut hitam kebiruannya bergerak ke sana-ke mari mengikuti arahan angin. Mata serupa permata itu memandang bawahannya dengan ramah.

“Tidak perlu terlalu tegang. Pertempuran sudah berakhir, kalian semua boleh santai, tetapi tetap berhati-hati.”

“Siap, Tuan!”

            Hanya beberapa kalimat yang terucap dari mulut berwarna delima miliknya, tetapi sanggup membuat seluruh pasukan menjawab dengan serempak penuh kesetiaan.

“Hidup Tuan Euclase! Hidup Tuan Euclase! Hidup Tuan Euclase! Kami akan bermandikan darah jika itu mampu mengusir iblis! Kami akan menarikan pedang jika itu mampu memotong penderitaan!”

            Teriakan penuh semangat para pasukan membuat moral semakin tinggi. Orang yang dipanggil Euclase hanya tersenyum menanggapi hal tersebut. Sejak kapan aku bisa mendapat keloyalan seperti ini, pikirnya.

“Lalu, harus kita apakan dengan mantan raja Norland ini?” Orang di sebelah kanan Euclase bertanya dengan nada tidak senang ketika menyebutkan Kerjaan Norland.

“Hou Hou, mungkin sedikit penyiksaan lebih bagus.” Orang di sebelah kiri Euclase lebih dulu mengutarakan pendapatnya.

“Hm... Memang benar jika penyiksaan lebih bagus, tapi bagaimanapun juga dia adalah mantan raja kita. Kupikir setidaknya pemotongan anggota badan secara perlahan lebih sesuai. Iyakan, Rey?” Orang paling kiri dari Euclase juga mengutarakan pendapatnya sambil berbicara dengan orang yang di sebelah kiri Euclase.

“Oy Oy, bukankah itu juga penyiksaan? Aku hanya menyarankan bahwa kita harusnya menyiksa terlebih dahulu, tapi kamu bahkan menyarankan cara eksekusinya, Nekta.” Orang yang dipanggil Rey membalas perkataan Nekta dengan nada bercanda.

“Hahaha!” Nekta hanya tertawa menanggapi itu setelah tersenyum masam mendengar balasan dari sahabatnya.

“Hey, ayolah. Apakah tidak ada diantara kalian yang serius menanggapinya? Bagaimana denganmu, Aqua?” Orang disebelah kanan Euclase kembali bertanya pada seorang paling kanan diantara mereka dengan nada penasaran. Sedangkan Euclase sedang menyimak para sahabatnya.

“Cukup digantung, Drake!” Suara wanita muda keluar dari bibirnya, selaras dengan warna Ruby kala terkena sinar Matahari. Rambut peraknya terkibas ke sana-ke mari karena hembusan angin malam. Matanya berwarna biru layaknya permata Aquamarine.

“Begitulah, Euclase. Sekarang tinggal kamu yang harus memutuskan, karena kami dan mereka semua akan menjadi bawahanmu di dalam kerajaan baru.”

“Penggal saja kepalanya dengan cepat. Aku tidak ingin mendengar sebuah teriakan yang pilu.”

“Baiklah. Petugas! Penggal kepala pria ini dengan cepat dan jadikan kepalanya sebagai hiasan malam di tiang gantung kota.”

“Siap, Tuan!”

            Setelah percakapan singkat, Avatar dengan nama karakter Drake dan Euclase memberikan pidato singkat pada seluruh pasukannya. Awal dari kerajaan besar menunggu mereka di masa mendatang, musik kematian terdendang pada seluruh kerajaan.

“Kita akan bermandikan darah jika itu mampu mengusir iblis! Kita akan menarikan pedang jika itu mampu memotong penderitaan! Kita akan melancarkan perang jika itu mampu membawa kedamaian!”

0 komentar:

Translate

About Me

Welcome to my Blog!
I'm Rapta. You can read my handwriting in here. Happy Reading!

Contact Me

Email me at Rahmanthevil@gmail.com

Search

Follow Me

Subscribe to this blog
Follow me on Twitter
Connect on Facebook
Gallery on Flickr

Populer

Blogroll

Copyright


© 2016 by Rapta.

Designed by Rapta. Created for Literature, Story, Novel, and Light Novel.